Kisah tragis tentang Yoab yang memegang tanduk mezbah di rumah Tuhan adalah salah satu adegan paling menggugah dalam Kitab Raja-Raja. Ia adalah seorang panglima besar, tokoh militer yang berjasa bagi Daud, namun juga seorang pria yang membawa beban kesalahan masa lalu yang tak pernah diselesaikannya.
Pada akhirnya, di 1 Raja-Raja 2:28–34, Yoab ditemukan bersembunyi di rumah Tuhan, memegang tanduk mezbah Tindakan itu adalah simbol perlindungan dan belas kasihan ilahi, namun tempat itu tidak lagi menjadi perlindungan baginya. Di sana, di hadapan mezbah, Yoab mati.
Peristiwa ini bukan sekadar kisah eksekusi politik. Ini adalah pelajaran rohani yang dalam tentang keadilan, pengampunan, dan keterbatasan manusia dalam menghadapi dosa dan penghukuman.
Baca juga: Makna Yesus Duduk di Sebelah Kanan Allah dalam Markus 16:19
Yoab bukan orang biasa. Ia adalah panglima perang yang setia kepada Daud selama bertahun-tahun, bahkan sejak masa pengasingan. Ia memimpin pasukan dalam peperangan yang menentukan masa depan kerajaan Israel. Melalui taktik dan keberaniannya, banyak kemenangan diraih, dan nama Daud ditinggikan.
Namun di balik keberaniannya, tersembunyi sifat keras, ambisius, dan licik. Yoab sering bertindak dengan logika dunia, mengandalkan strategi dan kekuatan sendiri, bahkan ketika itu bertentangan dengan perintah Tuhan atau hati nurani.
Ia membunuh Abner (2 Samuel 3:27) karena dendam pribadi dan membunuh Amasa (2 Samuel 20:10) demi mempertahankan posisinya. Kedua peristiwa itu dilakukan bukan karena perintah raja, melainkan karena kepentingan pribadi.
Daud tidak segera menghukum Yoab. Mungkin karena ia terlalu berharga sebagai panglima, atau mungkin Daud menyadari bahwa waktunya belum tiba. Tetapi sebelum Daud wafat, ia meninggalkan pesan kepada Salomo:
“Engkau tahu juga apa yang telah dilakukan Yoab bin Zeruya kepadaku… dan darah perang telah ditumpahkannya di waktu damai. Maka jangan biarkan rambutnya yang beruban turun dengan tenteram ke dalam dunia orang mati.” (1 Raja-Raja 2:5–6). Daud tahu, keadilan Tuhan belum selesai dengan Yoab.
Baca juga: Mengelola dengan Bijaksana: Wawasan Alkitabiah tentang Pinjaman Online
Ketika berita kematian Adonia (anak keempat Daud dari istri bernama Hagit) sampai kepada Yoab, ia tahu bahwa ajalnya mendekat. Yoab selalu bersekongkol dengan Adonia ketika memberontak terhadap Daud, dan saat Yoab mengetahui bahwa Salomo sedang melakukan keadilan dengan membersihkan para penghianat maka ia menyadari dirinya juga terlibat dalam dosa besar dan akan dibunuh.
Dalam situasi ini ia tidak melarikan diri ke padang gurun, tidak mempersenjatai diri untuk melawan, tetapi yang ia lakukan adalah lari ke rumah Tuhan dan memegang tanduk mezbah.
Tanduk-tanduk pada keempat sudut mezbah adalah lambang kekuatan dan belas kasihan Allah. Dalam hukum Musa, seseorang yang secara tidak sengaja membunuh orang lain dapat berlindung di mezbah sampai perkara diselidiki (Keluaran 21:12–14). Mezbah menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang mencari pengampunan atau keadilan yang tertunda.
Namun hukum itu juga menyatakan tegas:
“Tetapi jika seseorang berlaku angkara terhadap sesamanya dengan sengaja untuk membunuhnya dengan tipu daya, engkau harus mengambil dia dari mezbah-Ku, supaya ia mati.” (Keluaran 21:14)
Yoab tahu hukum ini. Ia tahu ia termasuk orang yang bersalah. Namun dalam ketakutan, ia berharap mungkin tangan manusia akan berhenti di hadapan simbol kudus itu. Ia berpegang pada tanduk mezbah seolah-olah besi dan batu itu bisa membungkus dosanya dari murka yang datang.
Tetapi Benaia, utusan raja Salomo, datang membawa firman penghakiman. Yoab menolak keluar dari rumah Tuhan dan berkata, “Aku akan mati di sini.” Maka Benaia menyampaikan kabar itu kepada Salomo, dan raja menjawab:
“Perbuatlah seperti yang dikatakannya, bunuhlah dia dan kuburkanlah dia, supaya engkau menghapuskan dari padaku dan dari keluarga ayahku darah yang tertumpah dengan tidak bersalah yang telah ditumpahkan Yoab.” (1 Raja-Raja 2:31)
Demikianlah Yoab mati di hadapan mezbah Tuhan, bukan karena kesalahan hari itu, tetapi karena dosa-dosa lamanya yang belum diselesaikan.
Baca juga: Memahami Pengertian Dalihan Na Tolu Berdasarkan Roma 12:10,18
Rumah Tuhan adalah tempat perlindungan bagi orang berdosa. Mezbah adalah tempat darah korban ditumpahkan sebagai tanda pengampunan. Namun pengampunan hanya berlaku bagi mereka yang datang dengan hati yang bertobat. Mezbah tidak menyelamatkan tanpa pertobatan; tanduknya tidak memberikan kuasa magis bagi orang yang masih menolak mengakui dosanya.
Yoab tidak datang untuk bertobat, ia datang untuk berlindung dari hukuman. Ia mencari tempat aman, bukan pembenaran rohani. Ia mencari kasih karunia tanpa penyesalan. Ia datang ke rumah Tuhan, tetapi bukan untuk memperbaiki hatinya; ia datang untuk menghindari akibat perbuatannya.
Dan di situlah perbedaan besar antara Yoab dan mereka yang sungguh-sungguh berseru kepada Tuhan. Ketika Daud berdosa dengan Batsyeba, ia juga lari kepada Tuhan, tetapi dengan air mata dan pengakuan. Ia menulis:
“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina, ya Allah.” (Mazmur 51:19)
Yoab tidak memiliki hati yang hancur. Ia hanya memiliki rasa takut, bukan rasa tobat. Karena itu, mezbah yang seharusnya menjadi tempat kehidupan baginya justru menjadi tempat kematiannya.
Baca juga: Makna Berdiam Diri dalam Habakuk 2: Sebuah Study Alkitabiah
Kisah Yoab menyadarkan kita bahwa tidak ada upaya manusia yang mampu membebaskan diri dari penghukuman dosa. Ia telah berbuat banyak untuk Daud, berjasa dalam peperangan, setia dalam masa sulit, namun semua itu tidak menebus kesalahannya. Tidak ada keberanian, prestasi, atau kesetiaan yang dapat menggantikan pertobatan yang sejati di hadapan Tuhan.
Keadilan Tuhan tidak bisa dibungkam oleh status atau jasa. Kebenaran Tuhan selalu menemukan jalannya, bahkan jika manusia mencoba menundanya dengan alasan, kekuasaan, atau tempat perlindungan simbolis. Mezbah yang dipegang Yoab bukan tempat magis; itu hanyalah bayangan dari mezbah sejati di surga, di mana darah Kristus tercurah bukan untuk menyembunyikan dosa, melainkan untuk menghapusnya bagi mereka yang datang dengan iman.
Salib Kristus adalah “tanduk mezbah” bagi semua orang yang bersalah. Di sana kita tidak sekadar bersembunyi, tetapi dibersihkan. Di sana, kita tidak hanya menghindari murka, tetapi ditebus dan diubahkan. Namun seperti Yoab, jika kita datang tanpa pertobatan, dengan hati yang keras dan hanya ingin menyelamatkan diri, maka kita akan menemui penghakiman, bukan pengampunan.
Baca juga: Arti Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai dalam Matius 5:9
Yoab adalah cermin bagi banyak orang percaya yang hidup di antara pengakuan iman dan kenyataan hidup yang belum diserahkan sepenuhnya. Ia tahu tentang Tuhan, bahkan berperang untuk raja pilihan Tuhan, tetapi ia tidak pernah benar-benar menyerahkan hatinya kepada kehendak Allah. Ia hidup dalam konflik antara kesetiaan luar dan pemberontakan batin.
Di akhir hidupnya, ia tidak berlari kepada kasih karunia, melainkan kepada simbol yang sudah kehilangan makna baginya. Ia memegang tanduk mezbah, tapi tidak pernah memegang Tuhan dari mezbah itu sendiri.
Kita bisa berada di gereja, dekat dengan mezbah, bahkan terlibat dalam pelayanan rohani, namun tetap belum benar-benar bertobat. Kita bisa bersembunyi di balik agama, jabatan, atau kebiasaan rohani, tetapi Tuhan melihat hati. Kebenaran-Nya akan selalu menemukan jalan untuk menyatakan siapa kita sebenarnya.
Namun di sisi lain, kisah ini juga mengingatkan kita akan kasih karunia yang masih terbuka bagi setiap orang yang mau datang dengan hati yang hancur. Tidak peduli seberapa dalam dosa kita, selama kita datang dengan iman dan pertobatan sejati, darah Kristus cukup untuk menebus kita.
Yoab mati di hadapan mezbah Tuhan, tempat di mana banyak orang menemukan hidup, tetapi ia menemukan akhirnya. Ia mati bukan karena kesalahan hari itu, melainkan karena dosa yang tidak diselesaikan di masa lalu.
Dalam kisah Yoab kita belajar satu kebenaran agung: tidak ada perlindungan manusia yang dapat menyelamatkan kita dari keadilan Tuhan. Tidak ada simbol suci, tempat kudus, atau jasa besar yang bisa menutupi dosa yang belum diakui. Tetapi bagi mereka yang datang kepada Tuhan dengan hati yang hancur dan iman kepada Kristus, mezbah itu bukan tempat kematian, melainkan pintu menuju kehidupan yang kekal.
Tidak ada komentar